Jumat, 24 November 2017

How To Make Fruit Salad

How To Make Fruit Salad

The main ingredient :

- 200 grams, fresh apples. Wash, peel, and cut into dice pieces. In order for the color does not turn into brown, after cut immediately into the input of regular boiled water or ice water.
- 200 grams, fresh grapes. It could be red, black, or green wine. Wash clean, then split into two parts.
- 200 grams, fresh mango. It is advisable to use a sweet and sweet legume sweet mango sweet. Peel and cut into dice.
- 200 grams, large strawberries and fresh fruit. Wash clean, then split into 2 or 4 parts.
- 200 grams, green lettuce Sobek or cut into pieces.
- Dressing;
-150 ml, mayonnaise.
-2 tablespoons, shredded cheddar cheese.
-2 tablespoons, sweetened condensed milk.
-1 tablespoon, lime juice.
-½ teaspoon, shredded lime peel.

How to make fresh fruit salad:

1. First cool the ingredients in the refrigerator
2. Prepare container. put all the dressing material except cheddar cheese. mix and mix well
3. Remove the fruits from the refrigerator. insert it into the same container and mix well
4. Mix the dressingnya sauce until blended with the fruit before then served on a serving plate or directly in the container and sprinkle with grated cheese.
5. ruit salad diet ready to serve


The Plants Only Can Be Found In Indonesia

The Plants Only Can Be Found In Indonesia

The carcass

The carcass is a giant flower that is very unique because it can produce a foul smell like a carcass. The stench is actually intended to invite the beetles and flies to land and help the process of pollination. These flowers grow high soaring up to reach 4 meters. When blooming, the exterior is creamy white while the crown is a deep purplish red. This flower will only bloom for 7 days until then die or grow back.
Flower carcass flowering in a long span of time, can be about 5 years. The native habitat of this flower is in the forests of Sumatra. It will still have many preserved in other areas such as in Forest Park Ir. Djuanda, Bandung.

Rafflesia Arnoldii


Rafflesia Arnoldii is also a gigantic flower that emits a foul odor when it blooms. Because both the same foul smell, sometimes many people who mistakenly call this flower as a carcass flower.
Rafflesia Arnoldii grows wider to the side and not rising like a carcass. When the flowers bloom, its diameter can reach 1 meter weighing up to 10 kilograms. The period of growing up to bloom is about 9 months. This flower will only bloom for 7 days before then wither and die. Rafflesia Arnoldii flowers live in other plants. Therefore, the habitat is highly dependent on the presence of host plants. Currently this bungai population is shrinking due to the increasingly narrow habitat due to the conversion of forest into agricultural, settlement, or mining areas.

Cendana


Because of the various benefits, it is not wrong if this tree is very famous in Indonesia. Unfortunately the sandalwood tree is not a plant that is easy to be cultivated so that it is now a status as an extinct plant. Early in life, sprouts of sandalwood are parasitic plants that live in other plants because he is unable to live alone. Therefore, the sandalwood trees are now starting to decrease the population. The base oil of sandalwood is also now very expensive because it is rare and difficult to find.

Kantong Semar



The bag semar only prey on insects when he was old. A bag of semar will open up for insects to enter. If there is already trapped then the pocket will be closed to digest the insects.

The Animals That Can Only Be Found In Indonesia

The Animals That Can Only Be Found In Indonesia

 Rhinoceros One


One-horned rhinoceros or commonly known as Javan rhinoceros is an animal that is almost extinct and can only be encountered in animal breeding precisely located in the garden tip kulon. Very unfortunate endemic animals Indonesia, because hunted for the cried taken very sharp. Which is used as a treatment. This rhino can kill a person because of his sharpness. However, the cultivation used to find food.

 Peacocks


Peacock is a very rare bird. These animals are very nearly extinct because humans are nurturing them but they are not responsible for the survival of their lives. This animal lives in an open nature that has a large grass. Peacocks feed on grains, grasses, leaves, various insects, and various small insects such as spiders, worms, and small lizards.

 Komodo dragon


Komodo or giant lizard is the largest species of lizard with an average length of 2-3m that lives on the island of Komodo. Komodo residents named it as Ora. Komodo dragons weigh up to more than 5 kg. It makes Komodo a giant animal. Komodo food is the meat it makes Komodo become an aggressive animal and can not be approached by humans. Komodo dragons are toxic and deadly. Komodo dragons are nocturnal animals so it is dangerous for humans to see them at night.

 Deer Pig


Deer pigs are found only on the island of Sulawesi, Togian Island, and Moluccas. Deer pig habitat is a tropical forest. These animals eat fruits and vegetation. They only hunt food at night to avoid the beasts that will attack them. Elk pig's body length is 87-106 centimeters, height of about 65-80 centimeters and weighs up to 90 kg.

Suku-suku Di Sulawesi

Ragam Suku Di Sulawesi Selatan



Suku Makassar

Suku Makassar, sebagai suku terbesar di Sulawesi Selatan, menyimpang sejarah yang sangat panjang. Dalam catatan sejarah yang tertulis dalam “lontara”, suku Makassar sudah menguasai Pulau Sulawesi sejak abad ke-16. Bahkan kekuasaan orang-orang Suku Makassar saat itu meliputi Seluruh pulau Sulawesi, Sebagian Kalimantan, Sebagian Pulau Maluku, Nusa Tenggara, Hingga Timor-Timur (Timor Leste saat ini). Suku Makassar sendiri terdiri dari beberapa sub suku yang tersebar luas di selatan pulau Sulawesi, tersebar dari Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Je’neponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Maros, dan Pangkep. 

ragam-suku-di-sulawesi-selatan

Suku Bugis


Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-Melayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Penyebaran Suku Bugis di seluruh Tanah Air disebabkan mata pencaharian orang-orang bugis umumnya adalah nelayan dan pedagang. Sebagian dari mereka yang lebih suka merantau adalah berdagang dan berusaha (massompe‘) di negeri orang lain. Hal lain juga disebabkan adanya faktor historis orang-orang Bugis itu sendiri di masa lalu.
suku bugis

Suku Mandar


Orang Mandar sebagian besar berdiam di wilayah Majene dan Mamuju di Provinsi Sulawesi Barat. Yang sering mengaku sebagai orang Mandar adalah penduduk Majene, penduduk Mamuju sebaliknya lebih senang disebut orang Mamuju. Kedua suku bangsa ini memang memperlihatkan ciri kehidupan sosial dan budaya yang sama di mata orang luar. Selain mendiami kedua wilayah tersebut, orang Mandar juga mendiami sebagian daerah di wilayah Polewali-Mamasa. Jumlah populasinya sekarang sekitar 400.000 jiwa.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcjmwyI5dk_NeznKMIB-_BJ3U6ZoaeBiIFX4GekIYhAS2NLxDN0xkVSh1XwlS4U1gCS4VfVF8KGhl_MaJxZlwq5KY6yTSMAW22SuGB6ITInBz0P-vy85Kg4KTG8mvOMqpK9O8GiKL6AaE/s1600/mandar.jpg

Suku Toraja


Suku bangsa ini mendiami sebagian jazirah Sulawesi Selatan bagian utara. Kata Toraja diberikan oleh penduduk asli Sulawesi Tengah untuk menyebut kelompok etnis yang berdiam di pedalaman dan pegunungan, to artinya orang, dan ri aja artinya dari gunung. Orang Toraja sendiri zaman dulu menyebut kelompoknya berdasarkan wilayah tempat tinggalnya, yaitu Sa'dan, dari nama sebuah sungai yang mengalir lewat wilayah mereka. Karena itu sering juga disebut sebagai Toraja Sa'dan. Dan kalau dilihat dari bahasa mereka disebut pula orang Toraja Tae.

Suku Bentong


Suku Bentong merupakan suku yang berdiam di desa Bulo-Bulo, Kecamatan Pujananting, Kabupatn Barru, Sulawesi Selatan. Populasi suku ini diperkirakan mencapai 25.000 jiwa, yang mana mayoritas memeluk agama Islam. Mata pencaharian utama suku Bentong adalah bercocok tanam. Sehari-hari, suku ini berkomunikasi dalam bahasa Bentong. Suku Bentong sering digolongkan ke dalam kelompok suku Terasing, karena mereka membuat pemukiman yang jauh terpencil dari masyarakat lain. Mereka suka berkelana di hutan sambil mencari dan berburu apa saja yang mereka temukan di hutan untuk kebutuhan hidup mereka.

Suku Duri


Suku Duri terdapat di Kabupaten Enrekang, di daerah pegunungan yang berhawa sejuk di tengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan, berbatasan dengan Tanah Toraja. Pemukiman orang Duri terdapat di kecamatan Baraka, Alla dan Anggeraja yang seluruhnya berjumlah 17 desa. Mereka tinggal dekat dengan jalan yang dapat dilalui mobil. Hanya sedikit yang bermukim di daerah pegunungan yang tinggi.

Suku Enrekang


Suku Enrekang masih berhubungan erat dengan Bugis . Pada umumnya berdomisili di Kabupaten Enrekang provinsi Sulsel. Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU yang artinya meminggir gunung atau menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti versi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan, sudah mendekati kepastian sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit

Suku Konjo Pegunungan


Suku Konjo Pegunungan terutama tinggal di wilayah pegunungan di Kecamatan Tinggi Moncong dengan kotanya Malino, hampir seluruh Kabupaten Gowa dan Sinjai. Wilayah Kalimporo/Jannaya merupakan pusat wilayah Konjo, yang memiliki keterikatan dengan daerah Tana toa lama dan desa-desa Konjo yang lain. Bahasa yang mereka pergunakan adalah bahasa Konjo yang termasuk dalam kelompok bahasa Makasar dan serupa dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan. Suku ini mendiami hampir seluruh Kabupaten Gowa. Gowa bekas kerajaan yang menjadi obyek wisata, terletak sekitar 30 km dari Ujung Pandang.

Suku Konjo Pesisir


Suku Konjo Pesisir mendiami empat kecamatan di sebelah tenggara dari wilayah Bulukumba - Kajang, Herlang, Bonto Tiro dan Bonto Bahari. Yang juga termasuk suku ini adalah suku Konjo Hitam, yang menempati daerah sebelah barat dari Kajang. Suku Konjo Hitam ini memilih mempertahankan cara hidup lama, seperti misalnya : memakai pakaian hitam, tidak mengijinkan penggunaan peralatan modern (misalnya kursi, lampu, kendaraan, sekolah) dan mempraktekkan ilmu sihir sebagai bagian dari ibadah animistik mereka. Suku Konjo tinggal di Kabupaten Bulukumbu, kurang lebih 209 km dari kota Ujung Pandang , Propinsi Sulawesi Selatan. Nama lain suku ini adalah Kajang - merupakan perkampungan tradisional khas suku Konjo.

Suku Luwu


Kerajaan Luwu adalah kerajaan tertua, terbesar, dan terluas di Sulawesi Selatan yang wilayahnya mencakup Tana Luwu, Tana Toraja, Kolaka, dan Poso. Perkataan “Luwu” atau “Luu” itu sebenarnya berarti “Laut”. Luwu adalah suku bangsa yang besar yang terdiri dari 12 anak suku. Walaupun orang sering mengatakan bahwa Luwu termasuk suku Bugis, tetapi orang-orang Luwu itu sendiri menyatakan mereka bukan suku Bugis, tetapi suku Luwu. Sesuai dengan pemberitaan lontara Pammana yang mengisahkan pembentukan suku Ugi’ (Bugis) di daerah Cina Rilau dan Cina Riaja, yang keduanya disebut pula Tana Ugi’ ialah orang-orang Luwu yang bermigrasi ke daerah yang sekarang disebut Tana Bone dan Tana Wajo dan membentuk sebuah kerajaan. Mereka menamakan dirinya Ugi’ yang diambil dari akhir kata nama rajanya bernama La Sattumpugi yang merupakan sepupu dua kali dari Sawerigading dan juga suami dari We Tenriabeng, saudara kembar dari Sawerigading. Suku Luwu tinggal di Kabupaten Luwu dan sekitarnya.



Suku Kajang


Suku Kajang adalah salah satu suku yang tinggal di pedalaman Makassar, Sulawesi Selatan. Secara turun temurun, mereka tinggal di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi mereka, daerah itu dianggap sebagai tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya, Tana Toa. Di Tana Toa, suku Kajang terbagi menjadi dua kelompok, Kajang Dalam dan Kajang Luar. Suku Kajang Luar hidup dan menetap di tujuh desa di Bulukumba. Sementara suku Kajang Dalam tinggal hanya di dusun Benteng. Di dusun Benteng inilah, masyarakat Kajang Dalam dan Luar melaksanakan segala aktifitasnya yang masih terkait dengan adat istiadat.

Kamis, 23 November 2017

Pohon Natal Terbesar di Dunia Ada Di Toraja

Pemkab Toraja Utara bekerjasama Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) membuat pohon Natal raksasa di Lapangan Bakti, Rantepo, Toraja Utara. 

Rangka Bambu yang dugunakan setinggi 45 meter akan dibangun untuk memeriahkan Natal dan juga event Lovely Desember di Toraja Utara.


Menurut staf Dinas Kehutanan Povinsi Sulsel proyek pembangunan pohon Natal Terbesar di dunia ini adalah Usul dari Gubernur Sulsel yaitu Syahrul Yasin Limpo. Rencananya pohon Natal Ini akan memecahkan rekor MURI. Jika anda penasaran dengan pohon Natal terbesar di dunia ini ayo,, datang ke Toraja apalagi akan ada event Lovely Desember yang akan dilaksanakan di Toraja Utara dimana akan banyak pameran dan pentas-pentas seni dan pertunjukan lainnya yang akan dipertunjukka. jadi Tunggu apa lagi ayo Natalan di Toraja.